Profile Facebook Twitter My Space Friendster Friendfeed You Tube
Kompas Tempo Detiknews
Google Yahoo MSN
Blue Sky Simple News Simple News R.1 Simple News R.2 Simple News R.3 Simple News R.4
  • Kami Kabarkan Berita Terkini Banyuwangi,Seputar Banyuwangi, Wisata Banyuwangi, Tentang Banyuwangi and more...
  • Ingin Mengetahui Seluk dan Beluk Banyuwangi. Silahkan ketik judul dan keterangan gambar anda disini...

Jumat, 14 Mei 2010 | 19.14 | 0 Comments

Liburan di Taman Nasional Alas Purwo

Nikmatnya Liburan di Alas Purwo

Mendengar nama Alas Purwo, selalu terbayang sebagai kawasan angker, wingit, bahkan medeni. Itu karena Alas Purwo memang dikenal sebagai hutan hujan paling alami di Indonesia, bahkan mungkin Asia. Di situ juga terdapat beberapa tempat yang dianggap kramat, sakral, dan menyimpan daya magis tinggi. Seperti di goa Istana, goa Padepokan, goa Mayangkoro. Konon, di tempat tersebut presiden pertama RI, Ir Soekarno, pernah bertapa.

Apalagi, saat memasuki kawasan tersebut, pengunjung akan dikejutkan dengan tulisan berbahasa Indonesia; Alam itu pasrah kepadamu. Sebuah pesan yang bermakna sangat mendalam. Bahwa, kerusakan alam lebih disebabkan ulah tangan manusia. Mitos yang hingga kini masih berkembang di masyarakat; siapapun yang mengambil tumbuhan atau hewan di Alas Purwo, akan berakibat fatal di kemudian hari. Mungkin karena itu, di resort Rowobendo, pintu masuk ke Alas Purwo, tertulis pesan; Jangan tinggalkan apapun, kecuali telapak kaki. Dan jangan mengambil apapun, kecuali foto.

Sejatinya, pesan tersebut bukan karena anggapan Alas Purwo masih angker. Namun lebih untuk menjaga kelestarian hutan yang ditetapkan sebagai Taman Nasional pada awal 1990-an itu. Selain wisata religius, Alas Purwo sendiri sebetulnya menyimpan ragam obyek wisata menarik. Tak cuma pepohonan rindang yang berumur ratusan tahun dengan hewan-hewan langka yang dapat dijumpai di sepanjang perjalanan, juga terhampar puluhan kilometer pantai berpasir putih bersih. Cerita-cerita kuno yang ada di komik dan film-film tentang orang-orang yang melepas kehidupan duniawi, juga dapat dijumpai di hutan seluas 43.420 ha itu.

Ada dua alternatif rute untuk mencapai kawasan ini. Pertama dari arah Banyuwangi ke Kalipahit lewat Muncar. Jaraknya sekitar 59 km. Atau kira-kira 120 menit perjalanan kendaraan bermotor. Dari Kalipait menuju Pasaranyar (3 km), kemudian ke pos Rowobendo (10 km). Rute kedua dari Jember menuju Benculuk (80 km), kemudian langsung ke Kalipait (20 km). Biasanya, setelah beristirahat sejenak di pos Rowobendo, pengunjung melanjutkan perjalanan ke tempat-tempat wisata yang ada di dalam taman nasional.

Jika lebih dulu pergi ke arah Trianggulasi, Pancur, Sadengan, atau Plengkung, di samping kiri kendaraan akan terlihat bangunan mirip candi di Jawa Tengah. Itu adalah Pura Luhur Giri Salaka. Tempat peribadatan umat Hindu Bali dan Banyuwangi untuk merayakan upacara Pagerwesi setiap 210 hari sekali. Masyarakat yang tinggal di sekitar Alas Purwo ini mayoritas berasal dari Jawa Tradisional. Mereka adalah pendatang dari Jawa (Mataraman). Karena itu, tradisi kejawen seperti yang kerap dilakukan umat Hindu, yakni bertapa atau bersemedi, masih sering dilakukan masyarakat di sini. Pada hari-hari tertentu seperti malam 1 Suro, bulan purnama, atau bulan mati, masyarakat Hindu Bali dan ahli kebatinan Jawa sengaja datang ke taman nasional ini untuk meditasi atau melaksanakan upacara religius.

Berkunjung ke Alas Purwo memang kurang lengkap jika hanya 'menikmati' sisi mistiknya saja. Tetapi juga harus menyempatkan diri pergi ke tempat-tempat seperti Bedul. Bedul yang tak lain segoro anakan ini sangat potensial dikembangkan sebagai kawasan wisata bahari. Kawasan ini didukung hutan mangrove yang masih utuh sebagai breeding area dan nesting area beberapa jenis burung air (bangau tong tong, pecuk ular, trinil, raja udang, pelikan trinil, dll). Selain itu, Bedul juga menjadi salah satu tempat yang digunakan masyarakat sekitar untuk mencari kerang, udang, kepiting, dan ikan. Penangkapan yang dilakukan dengan alat-alat tradisional, terkadang justru menjadi daya tarik sebagai salah satu atraksi wisata Bedul.

Puas di Bedul, sebaiknya kembali lagi ke Rowobendo, lalu putar kanan ke arah Sadengan. Jaraknya kira-kira 2,5 km atau 15 menit kendaraan bermotor. Di tempat penggembalaan buatan seluas 80 ha ini, terdapat menara pengintai atau watching tower. Dari situ, bisa dilihat aneka satwa liar seperti banteng, kijang, rusa, kancil, dan babi hutan, bahkan sesekali terlihat burung merak. Dari atas ketinggian watching tower yang terbuat dari kayu itu, wisatawan bisa menikmati atraksi beragam hewan yang sedang merumput.

Menurut Plt KTU TN Alas Puro, Dwi Ariyanto SH, pengamatan aneka satwa paling baik adalah antara pukul 06.00 sampai 09.00 di pagi hari, atau pukul 10.00 hingga 18.00 di sore hari. ''Kalau siang hari biasanya akan masuk ke hutan. Mencari tempat yang lebih teduh,'' ujarnya.

Diantara sekian banyak tempat-tempat wisata di Alas Puwo ini, hanya satu tempat yang paling dikenal turis manca negara. Kawasan itu adalah Plengkung atau lebih dikenal para bule dengan sebutan G-Land. Hutan pantai ini sudah lama menjadi surga bagi peselancar profesional mancanegara. Ombaknya yang sangat besar, menjadi pantai ini sering mendapat julukan fantastis yang diberikan oleh para peselancar dunia. Para penggila gulungan ombak asal Jepang, misalnya menjuluki pantai ini The Seven Giant Wave Wonder. Karena kerap ditemui ombak raksasa datang susul menyusul sebanyak tujuh lapis.

Sebutan itu sebenarnya tidak terlalu berlebihan. Sebab, panjang gelombang di pantai ini mencapai dua km dengan tinggi empat sampai enam meter dalam interval lima menit. Oleh karena itu, kerap digunakan sebagai lokasi kompetisi surving internasional. Menurut petugas Taman Nasional Alas Purwo, selain di Plengkung, cuma Hawaii, Australia, dan Afrika Selatan saja yang memiliki ombak dasyat seperti itu. ''Ombak di Plengkung ini nomor dua setelah Hawaii,'' kata Dwi. Hawaii tetap menjadi nomor satu karena ombaknya terjadi terus menerus sepanjang tahun. ''Puncak ombak di Plengkung hanya pada bulan-bulan tertentu. Antara April hingga Agustus,'' tambah pria yang menyukai fotografi dan desain grafis itu.

Peselancar dari Amerika menyebut Plengkung sebagai G-Land. Ada yang mengatakan, G-Land ini singkatan dari pelabuhan Grajagan. Pelabuhan ini merupakan tempat berlabuhnya kapal-kapal yang dipakai para turis untuk mencapai Plengkung. Sebutan G-land juga berarti karena Plengkung yang berada di Teluk Grajagan menyerupai huruf G. Atau bisa juga diartikan karena letak Plengkung berada tidak jauh dari hamparan hutan hujan tropis yang terlihat selalu hijau atau Green Land.

Tingginya ombak di Plengkung ini memang sangat berbahaya bagi peselancar pemula. Namun, mereka tak perlu cemas. Pemandangan alam kawasan ini memang sangat eksotik. Hamparan pantai berpasir putih yang diselimuti kawasan hutan yang masih alami, jauh dari kebisingan kawasan perkotaan, tak ada sinyal handphone, tak ada lalu lalang kendaraan, tak ada PKL, dan tak terjangkau jaringan televisi, menjadikannya tempat ini sebagai kawasan paling ideal untuk 'sembunyi' dari peradaban. Tak heran, di kawasan ini sering menjadi tempat pelarian penjahat kelas kakap dunia. ''Dulu, sekitar akhir 1990-an, ada penjahat dari Amerika ditangkap. Pengakuanya, dia sudah berada di Alas Purwo sejak pertengahan 1980-an,'' ujar Dwi, yang juga salah seorang penyusun buku Informasi Balai Taman Nasional Alas Purwo itu.

Karena itu, pihaknya kini lebih selektif dalam menerima tamu. ''Selain identitasnya kami data secara rinci, wisatawan yang datang kemari juga kami tanyakan apa keperluannya datang ke Alas Puwo. Itu juga berlaku bagi mereka yang melakukan kegiatan religius seperti bersemedi atau bertapa,'' tambah Dwi. (*) Radar Banyuwangi
Sumber: http://radarbanyuwangi.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=46%3Anikmatnya-liburan-di-alas-purwo&catid=45%3Apariwisata&Itemid=190

Kunjungi Juga http://muhamadalisaifudin.blogspot.com

Artikel Terkait

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright © 2010 - All right reserved | Template design by Herdiansyah Hamzah | Published by Jurnalborneo.com
Proudly powered by Blogger.com | Best view on mozilla, internet explore, google crome and opera.